KEKUATAN SPIRITUALIS KYAI DULU DALAM MEMBANGUN CIKAL BAKAL PENDIDIKAN DI SUNATUNNUR

Sunnatunnur didirikan sebelum Negara Indonesia merdeka yaitu sesudah terbentuknya Ormas Nahdatul Ulama berdiri. NU bardiri pada tahun 1926 satu tahun sebelum  Sunnatunnur didirikan yaitu kira-kira tahun  1927, setelah itu membangun Madrasah Ibtida’iyah Islamiyah Banin waktu itu masih belum mempunyai bangunan sendiri, sehingga Musholla atau rumah digunakan sebagai tempat belajar.

Kiai Syahid yang merupakan seorang yang pernah nyantri (mengenyam pendidikan di pondok pesantren) dan pernah mengenyam pendidikan umum, berinisiatif mendirikan sebuah pesantren. Keinginan Kiai Syahid dalam mendirikan sebuah pesantren sangatlah kuat, dan kemudian beliau mengkader putra-putranya sendiri dan mencari beberapa santri alim dari wilayah lain guna dijadikannya sebagai menantunya, yang kelak dapat membantu Kiai Syahid dalam mewujutkan keinginannya untuk mendirikan sebuah pesantren diwilayah Senori. Dari usahanya tersebut beliau berhasil mendapatkan santri alim yakni KH. Shodiq dari Banjarworo, Bangilan. KH. Munawwar dari desa Lajo Kidul, kecamatan Singgahan, dan KH. Masyhuri yang berasal dari Lasem, Jawa tengah. Dari sini lahirlah beberapa pesantren salaf didaerah Senori kabupaten Tuban diantaranya pesantren Al-Hidayah yang diasuh oleh KH. Masykur, pesantren Mansyaul Huda oleh KH. Munawwar, dan pesantren Roudlotul Tholibin yang diasuh oleh KH. Masyhuri.

Sunnatunnur berasal dari dua kata yaitu Sunna artinya suatu jalan yang mengikuti segala perkataan, perbuatan dan ketetapan Nabi dan Nur berati Cahaya. Nama Sunatunnur berasal dari gagasan Alm. KH. Abul Fadlol. Apabila dua kata tersebut  digabung menjadi “Jalan Menuju Cahaya”. Pada waktu itu, Madrasah hanya  diberi nama Madrasah Islam saja,  tanpa terpikir nama lain. Sebab, madrasah tersebut merupakan madrasah islam pertama. Maka setelah itu, barulah  terbesit untuk memberi nama Madrasah tersebut dengan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur.

Sunnatunnur mempunyai Visi Misi yaitu Menciptakan Manusia yang Bertakwa, Mandiri dan Bermanfaat. Dan bagaimana cara visi tersebut bisa tercapai? Visi tersebut bisa di capai dengan belajar mendiri sesuai dengan  keterampilan yang ada  sehingga bisa memberi  manfaat bagi orang lain, menciptakan Nilai spriritual yang tinngi dalam diri setiap anak yaitu melalui kegiatan (tahtimul Qur’an, wirid, tawasul kepada para masysayeh, Ikhtiyar atau usaha. Iktiar yang paling penting ada 2  yaitu dhohir (dengan usaha) dan batin (do’a), dan membaca sholawat Nabi secara istiqomah).

Selain itu, Sunnatunnur sudah melewati berbagai tantangan hingga eksis sampai sekarang. Kunci untuk mempertahankan Sunatunnur dalam menghadapi perubahan zaman sekaligus tantangan sosial yaitu dengan 1) Membentuk kader untuk melanjutkan kepempinan. 2) memperkuat nilai-nilai spiritual dalam diri anak  untuk mempertahankan Sunatunnur dalam menghadapi perubahan zaman. 3) kayakinan untuk menguatkan terkabulnya do’a. 4) Suport dari orang atau masyayih setempat. Ajaran yang ingin di sampaikan dalam pendirian Sunatunnur ialah untuk mempertahankan dan memperkuat ajaran ASWAJA. Sebab, ajaran ASWAJA merupakan sumber hukum sekaligus pegangan bagi orang Nadhlatul Ulama.

 

Narasumber:

Drs. H. Fajrudul Duha., MBA

Nama kelompok;

Moh. Zaenal Abidin (PGMI 4)

Abdul Rosyid (PGMI 2)

Nailatul Muna (ES 4)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *