Perubahan iklim bukan lagi isu yang jauh dari kehidupan sehari-hari. Suhu bumi yang terus meningkat, bencana alam yang semakin sering terjadi, hingga persoalan sampah plastik yang menumpuk menjadi tantangan nyata generasi masa kini. Di tengah situasi tersebut, pendidikan memiliki peran krusial dalam menumbuhkan kesadaran lingkungan sejak dini. Inilah yang dikenal dengan sustainability education atau pendidikan berkelanjutan, sebuah pendekatan pembelajaran yang bertujuan membentuk siswa sebagai agen perubahan iklim.
Apa Itu Sustainability Education?

Sustainability education adalah konsep pendidikan yang berfokus pada pemahaman siswa mengenai hubungan manusia dengan lingkungan, serta bagaimana tindakan kecil dapat berdampak besar terhadap kelestarian bumi. Tujuan utamanya bukan hanya memberi pengetahuan, tetapi juga menanamkan keterampilan, sikap, dan nilai yang mendorong siswa untuk bertindak lebih ramah lingkungan.
Pendidikan ini menekankan tiga aspek utama:
- Pengetahuan tentang isu-isu lingkungan seperti pemanasan global, polusi, dan energi terbarukan.
- Keterampilan dalam mengelola sumber daya, mengurangi sampah, dan menerapkan gaya hidup hijau.
- Sikap yang proaktif terhadap keberlanjutan, sehingga siswa berani mengambil peran dalam aksi nyata.
Mengapa Harus Diajarkan di Sekolah?
Sekolah adalah tempat strategis untuk menanamkan kesadaran lingkungan karena:
- Membentuk karakter sejak dini: Anak yang terbiasa peduli lingkungan akan membawa kebiasaan itu hingga dewasa.
- Efek domino: Siswa dapat menularkan perilaku ramah lingkungan kepada keluarga dan masyarakat.
- Menyiapkan generasi masa depan: Mereka kelak menjadi pemimpin yang mampu mengambil keputusan bijak terkait kebijakan lingkungan.

Strategi Mengajarkan Sustainability Education di Sekolah
Ada berbagai cara kreatif yang bisa dilakukan guru untuk mengintegrasikan pendidikan berkelanjutan, di antaranya:
- Proyek berbasis lingkungan, misalnya membuat kebun sekolah, bank sampah, atau program daur ulang.
- Pembelajaran lintas mata pelajaran , isu lingkungan bisa dibahas dalam IPA, IPS, bahkan Seni dan Bahasa.
- Studi lapangan, mengajak siswa mengunjungi hutan, pantai, atau tempat pengolahan sampah untuk belajar langsung.
- Kegiatan sehari-hari, membiasakan hemat listrik, membawa botol minum sendiri, atau mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
- Kolaborasi digital, siswa bisa diajak membuat kampanye media sosial tentang pentingnya menjaga bumi.
Peran Guru dan Orang Tua Guru berperan sebagai fasilitator yang memberi teladan nyata, misalnya dengan menggunakan bahan ajar ramah lingkungan atau mengurangi penggunaan kertas. Sementara itu, orang tua mendukung dengan menciptakan lingkungan rumah yang selaras dengan nilai-nilai berkelanjutan, seperti memilah sampah dan hemat energi. Sustainability education bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan mendesak untuk menghadapi tantangan perubahan iklim global. Dengan mengajarkan siswa menjadi agen perubahan iklim, sekolah tidak hanya mencetak generasi cerdas, tetapi juga generasi yang peduli, bertanggung jawab, dan siap menjaga bumi untuk masa depan.
Penulis: Zeni Faridah, S.Pd.I, M.Pd.